kuliah sambil kerja jakarta

kuliah sambil kerja jakarta, aku pusing pengen kuliah gak punya uang akhirnya aku mencari uang dengan via internet, dengan tujuan bisa kuliah sambil kerja



Kampus CKI kuliah langsung kerja

JL Raden intan 2 duren sawit jakarta timur
(021) 21285900

Bulan-bulan ini ialah masa semua lulusan SMA menggali tempat kuliah. Anak-anak dan orangtua mereka sedang beranggapan keras guna menilai ke mana anak-anak tersebut akan kuliah. Segala sesuatu dipertimbangkan, seperti kesempatan lolos seleksi, jarak, biaya, prospek kerja sesudah lulus, dan sebagainya.


Bagi tidak sedikit lulusan SMA dan semua orangtua, kuliah tersebut semacam kotak ajaib yang mesti dilalui kalau seseorang hendak sukses. Yang kuliah bakal mendapat kegiatan bagus sesudah lulus, gaji tinggi, dan bakal jadi orang sukses. Yang tidak kuliah, susah untuk sukses. Karena tersebut kuliah menjadi semacam kewajiban.

Sepertinya akan paling sulit untuk sebuah family yang dapat secara hemat untuk menyimpulkan bahwa anaknya tidak kuliah saja. Orang-orang ingin tidak menyaksikan jalan alternatif. Seakan bila tidak kuliah, seseorang tidak bakal punya masa depan. 

Saya menyaksikan di lingkungan saya, anak-anak yang awalnya kuliah, tapi kesudahannya tidak selesai. Atau, yang kuliah hingga selesai, namun tidak mendapat  kompetensi dari kuliah itu, sampai-sampai akhirnya menganggur. Padahal orangtua mereka sudah mati-matian membiayai, terdapat yang hingga jual tanah. 

Ada begitu tidak sedikit fakta yang mengindikasikan bahwa kuliah saja tidak memastikan apa-apa.

Kuliah ialah sebuah jenjang edukasi formal. Ia dapat menjadi lokasi untuk mempersiapkan masa mendatang yang baik. Kata kuncinya ialah "mempersiapkan". Ini suatu proses yang sifatnya mutlak mesti ada. Kuliah ialah kerja keras guna mendapat sekian banyak  kompetensi guna masa depan. Jadi, kuliah bukan kotak hitam ajaib yang bakal memberi masa mendatang yang baik untuk yang melewatinya. 

Tidak seluruh orang butuh kuliah. Ada orang-orang yang tidak butuh kuliah. Siapa saja mereka? Orang yang telah kompeten, tidak butuh kuliah. Yang sudah dapat membuat program komputer yang canggih, misalnya, dapat langsung bekerja saja. Banyak perusahaan yang tidak rewel dengan soal ijazah dan gelar. Para programmer zaman sekarang tidak sedikit yang bekerja dari jauh, tanpa pernah bertemu dengan atasan atau majikannya.

Yang telah mahir main musik, melukis, masak, atau main sepak bola, tidak usah kuliah. Mereka dapat langsung terjun ke dunia profesional. Demikian pula yang telah pandai berbisnis. Ingat, kuliah ialah tempat guna belajar dan meraih kompetensi. Kalau kompetensinya telah diraih, guna apa kuliah?

Ada pula yang tidak butuh kuliah, sebab kuliah bukan lokasi belajar yang cocok untuk dia. Kuliah ialah jalur belajar yang sifatnya akademik. Mahasiswa dituntut untuk mengetahui sejumlah teori, kemudian menerapkannya dalam kegiatan kelak. Tidak seluruh orang mampu belajar hal-hal laksana itu. Yang tidak sanggup tidak boleh memaksakan diri. Carilah kompetensi lewat jalur lain.

Banyak orangtua yang susah menerima fakta itu. Anak yang telah kompeten, tetap mesti kuliah. Pokoknya kuliah. Demi mendapat kedudukan kuliah itu tidak sedikit yang memaksa anaknya kuliah di jurusan yang tidak cocok dengan bakat anak. Bakat anak kesudahannya dipoles sebagai sambilan, kuliah menjadi yang utama. Banyak pula orangtua yang memaksa anaknya kuliah walau tahu bahwa anaknya tidak mampu.

Orangtua pun lebih konsentrasi untuk menguliahkan anaknya di perguruan tinggi tertentu. Targetnya ialah pamor perguruan tinggi, bukan jurusan. Pokoknya masuk ke PTN A. Kalau tidak lulus di jurusan favorit, jurusan lain pun boleh, yang urgen kuliah di situ. Perguruan tinggi tertentu dirasakan sebagai jaminan untuk masa depan yang baik, walau ada fakta bahwa tidak sedikit juga alumni perguruan tinggi tersebut yang menganggur. 

Sebaliknya, tidak sedikit juga alumni perguruan tinggi tidak ternama yang berkarier cemerlang.

Bagi alumni SMA yang menyimpulkan untuk kuliah, dan untuk orangtua yang berkeinginan menguliahkan anaknya, urusan terpenting guna terus diingat ialah bahwa kuliah tersebut bertujuan guna meraih sebanyak kompetensi. Target kompetensi telah jelas semenjak awal, dan itulah yang menjadi petunjuk untuk memilih jurusan. 

Anak dan orangtuanya mesti bareng menyusun rencana guna meraih kompetensi. Dalam perjalanan kuliah, anak terutama, mesti mengevaluasi apakah target kompetensi tersebut tercapai. Bila tidak tercapai, kerjakan tindakan koreksi guna mencapainya. Orangtua mesti tercebur memantau, mengevaluasi, dan memberi koreksi. 


Tanpa proses itu, kuliah bakal berujung pada kegagalan. Tidak lulus, atau lulus tanpa kompetensi. 

Hasanudin Abdurakhman cendekiawan, pengarang dan sekarang menjadi seorang profesional di perusahaan Jepang di Indonesia

Komentar